Dokter yang Manusiawi

Siang tadi saya memenuhi janji dengan dokter gigi di RSGM UI, Salemba. Saya berangkat dari Jagakarsa jam 08.30 WIB. Diawali dari naik angkot S 15, lanjut M16, lalu M 01, saya perkirakan perjalanan ini akan memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Sengaja saya tidak memakai gojek seperti 2 hari yang lalu. Padahal dengan gojek, cukup 30 menit sudah sampai klinik, hehe. Tapi saya ingin menantang diri untuk menempuh cara "konvensional". Saya penasaran berapa durasi faktualnya, meski sudah tree terbayang rasa deg-degan mengingat jam pendaftaran ditutup jam 11. 

Saya melirik arloji. Jam 09.30 WIB. Alamak, ini M 16 masih terjebak macet (untung bukan terjebak nostalgia :D) di Jln.Otista. Masih mendingan sebenarnya. Mobil masih bisa berjalan meski pelan2. Tiba-tiba handphone saya berdering. Dari drg.Arni yang akan menangani saya. Dia mengabarkan kalau hari ini RSGM UI hanya akan buka sampai jam 12 karena staf&karyawannya akan melakukan perjalanan wisata. Saya iyakan saja dulu, tapi dalam hati saya bertekad akan tetap ke RSGM UI. Kalaupun tidak ditangani spesialis seperti drg.Arni, setidaknya saya akan memeriksakan gigi ke bagian umum. Kepalang tanggung karena saya sudah menempuh 3/4 perjalanan. 

Jam 10.15 WIB, saya tiba di RSGM UI. Bergegas saya mendaftar. Malang tak dapat ditolak, ternyata pendaftaran pun dibatasi hanya sampai pukul 10 pagi saja. Saya terlambat 15 menit :(. Saya sempat "bete" sebentar sebelum akhirnya mencari solusi alternatif. Saya minta hasil rontgen gigi untuk saya lampirkan pada pemeriksaan gigi di RS lain. Ok, bersiaplah untuk biaya yang membengkak. Berdasarkan pengalaman, 2 bulan lalu saya ke RS Budhi Asih saya harus membayar Rp.175.000,- hanya untuk tindakan tambal sementara. Bandingkan denga RSGM ini yang hanya butuh Rp.70.000,- untuk tindakan serupa. 

Tak disangka, drg.Arni kembali menelfon saya, menanyakan dimana posisi saya karena pasien yang dia tangani selesai lebih cepat dari perkiraan. Saya antusias menjawab bahwa saya ada di ruang pendaftaran meski ditolak. Drg.Arni menyarankan saya untuk menyebutkan bahwa sudah ada janji dengan dokter 2 hari lalu. Benar, singkat kata saya bisa memeriksakan gigi hari ini. Yay!

Drg.Arni mulai memfoto gigi saya. Saya juga dimintai keterangan seputar gigi saya. Apa yang dirasakan, kapan mulai sakit, adakah alergi obat, dll. Setelah itu, tindakan dimulai. Berkali-kali dia minta maaf jika saya merasa kesakitan. Pfuih..ngilu memang. Tapi saya harus melalui ini. Bisa ditangani hari ini saja saya sudah sangat bersyukur, jadi kalaupun sakit tak apalah. Apalagi, saya terkesan dengan perlakuan dokter ini. Tidak semua dokter seramah dia, seperhatian dia dan mau sesabar itu untuk mendengarkan keluhan pasien.

Sejam kemudian, tindakan selesai. Ah, leganya. Ketika saya menuju kasir, ternyata sudah tutup. Drg.Arni mengatakan tidak apa-apa jika saya membayar tindakan hari ini pada pertemuan selanjutnya. Kembali saya terkesan. 

Well, setelah sekian lama saya memimpikan dokter yang manusiawi, hari ini saya menemukannya. Dokter yang mendengarkan, bukan sekedar formalitas "mendengar" untuk kemudian menghakimi. Dokter yang fleksibel (tentu saja pada batasan tertentu yang dia mampu) demi mengutamakan kebutuhan pasien. Dokter yang ramah sehingga pasien merasa nyaman untuk berinteraksi di tengah kesakitannya.

Semoga Allah melipatgandakan pahalamu, dok.

#30DaysWritingChallenge_16thday


Comments

Popular posts from this blog

Cultural Leadership

Menjemput Impian

Dear Future Hubby